Musim Panas di Thailand


 
 

Pada tahun yang sama dengan keberangkatanku ke Jepang, saya mendapat kesempatan yang sama untuk presentasi dan publikasi penelitian di Thailand, tepatnya di Mahidol University. Pada kesempatan kali ini saya dan temanku yang bernama Feny berangkat ke negeri gajah putih.

Persiapan yang kami lakukan dimulai dari membuat paspor milik Feny, karena ini adalah pertama kalinya Feny ke luar negeri. Paspor Feny jadi setelah seminggu pemrosesan di kantor imigrasi I Yogyakarta. Kepergian kami ke Thailand tidak memerlukan VISA, cukup paspor saja. Hal yang selanjutnya harus kami persiapkan sebelum keberangkatan adalah tiket pesawat. Kami berburu tiket dan mendapat tiket murah dengan maskapai Thai-Lion Air dan AirAsia.

Sebelum berangkat saya berinisiatif untuk mencetak kata-kata dalam bahasa Thailand. Seperti kata, toilet disebelah mana?, kami tidak makan babi, makanan halal saja, berapa yang harus kami bayar, terimakasih, dan mohon bantuannya. Tujuannya adalah  jika sewaktu-waktu kami bermaksud untuk berkomunikasi dengan orang Thailand tetapi mereka kesulitan dalam memahami bahasa inggris, ini menjadi alternatif dalam berkomunikasi.

Perjalanan kami dimulai pada hari rabu, 11 Mei 2016 dari bandara Adisucipto dengan pesawat AirAsia menuju bandara Changi Internasional Airport di terminal 1. Perjalanan kami berlansung selama 2 jam 20 menit. Di Singapura kami transit selama 9 jam 45 menit, waktu yang cukup lama untuk menunggu. Kami berinisiatif untuk berjalan-jalan ke Marlion Park dengan MRT melalui terminal 3 changi Airport. Sayangnya kami tidak memprediksi cuaca saat itu, sehingga saat kami akan pergi ke Marlion park ternyata hujan. Kebetulan saat kami akan ke Merlion Park kami bertemu dengan warga bantul yang sedang honey moon. Kami diajak mampir ke hotelnya untuk berteduh sementara. Selepas hujan berhenti, kami menuju ke Marlion Park. Di Marlion Park kami menghabiskan waktu kami dengan menikmati suasana dan juga berfoto-foto. Tidak terasa waktu yang kami habiskan di Marlion Park cukup lama, kami tersadar dan harus segera kembali ke bandara Changi dengan MRT. Setibanya kami di bandara Changi, kami segera bergegas menuju Terminal 3 dan gate yang kami tuju. Pesawat kami lepas landas pada pukul 20.30 dan tiba di terminal 3, Don Mueang International Airport pada pukul 21.50 waktu Thailand. Kami bermalam di bandara karena rekan kami Richard tidak dapat menjemput. Richard adalah seorang teman saya yang berkebangsaan Amerika dan mempunyai seorang istri yang berasal dari Hawai Saya mengenal Richard melalui website Couchsurfing. Couchsurfing adalah website yang sangat terkenal dikalangan pada traveler, dengan Couchsurfing kita bisa menginap dengan masyarakat lokal disetiap Negara di bumi. Seperti kata-kata yang tercantung diwebsitenya “ With Couchsurfing, you can stay with locals in every country on earth. Travel like a local, stay in someone’s home and experience the world in a way money can’t buy”. Selain kita bisa menginap gratis, kita juga bisa menjadi host mate. Menjadi host mate adalah kita menyediakan rumah kita bagi traveler untuk mereka menginap. Kita bisa mengatur tanggal kapan kita available untuk menerima tamu, berapa banyak tamu yang dapat kita tampung, dan bahkan kita bisa memilih gender yang boleh menginap di rumah kita. Selain itu, kita juga bisa membuat event atau mengikuti event yang dibuat di Couchsurfing. Keesokan paginya kami menuju Mahidol University untuk mengikuti conference hingga sore. Sorenya kami menuju apartement Richard di Khlong Luang District, Pathum Thani dengan berjalan kaki, karena apartemennya Richard hanya diseberang Mahidol University. Sesampainya kami di daerah tersebut kami mencoba mampir ke caffe es krim, Gelato 44oC,  dekat apartment Richard. Setelah makan es krim, barulah kita menemui Richard di Apartmentnya.

Sore itu saya dan temanku bercengkrama dengan Richard dan istrinya untuk saling mengenal. Keesokan harinya, selepas sholat subuh kami berjalan-jalan disekitar Apartement Richard, kami mampir di minimarket dan membeli nasi telur (yang dipanaskan dengan microwave) untuk sarapan pagi. Saat kami makan sarapan kami, kami tidak sengaja melihat biksu-biksu berjalan, mulainya kami binggung, namun lama-lama kami paham, ternyata biksu-biksu tersebut mengumpulkan sedekah di pagi hari dan mendoakan mereka yang bersedekah, sedekah yang diberikan dapat berupa uang maupun makanan. Selepas sarapan, kami kembali ke apartemen Richard dan bersiap-siap untuk ke Mahidol University karena hari ini jadwal kami untuk mempresentasikan hasil penelitian dan juga ada acara gala dinner pada malam harinya.

Setiba kami di Mahidol University, kami segera menuju ruangan tempat kami presentasi. Presentasi tim diwakili oleh saya, presentasi saya sampaikan dalam bahasa inggris. Selepas presentasi saya dan teman saya berfoto-foto dikampus Mahidol University, karena jujur saja kampusnya Instagram able. Waktu menuju acara gala dinner masih lama, kami menghabiskan waktu dengan menunggu di Islamic Center Mahidol University, bisa dibilang semacam mushola. Disana kami berkenalan dengan orang-orang Thailand muslim. Sebut saja Husna dan Ambr, keduanya berasal dari Phatani daerah perbatasan Malaysia dan Thailand. Husna bercerita bahwa dahulu dia sempat berkuliah di Jogja, tepatnya di UIN Sunan Kalijaga namun hanya 2 semester, dia bercerita jika dia mengalami kendala bahasa saat berkuliah di Jogja. Sehingga dia kembali ke Thailand dan berkuliah di Mahidol University. Ambr adalah mahasiswi pascasarjana di Mahidol University. Ambr sangat ramah dan pintar dalam berbahasa inggris. Hal yang sangat menyenangkan bisa berkomunikasi dengan mereka.

Malam harinya saat gala dinner, kami dikelompokkan dan duduk di meja bundar. Masing-masing meja disuguhkan berbagai macam makanan minuman. Pagelaran tarian pun juga turut meramaikan acara pada malam hari tersebut. Tari-tarian Thailand yang kami saksikan. Acara berakhir cukup larut malam dan kami pulang duluan karena sudah menggantuk. Ajaibnya saat pulang menuju ke apartemen Richard, saat kami masih berjalan di komplek kampus, tiba-tiba seekor biawak, dengan lidah mendesis desis lewat didepan kami, dan hanya kami berdua yang melintasi jalan kampus pada malam itu. Kami langsung diam membisu tak bergerak. Kami berinisiatif menunggu biawak tersebut lewat. Begitu lewat, kami langsung tancap gas, LARI. Sesampainya di apartement Richard kami segera beristirahat. Keesokan harinya kami pindah dari apartement Richard ke Bangkok, karena di Bangkok wahana wisatanya lebih banyak. Kami mengginap di hotel HI Mit Bangkok, untuk menemukan hotel ini kami dibantu oleh orang Jepang yang secara tidak sengaja bertemu kami di halte bus. Oiya, uniknya iklan yang tertera dibody bus-bus yang kami temui adalah iklan makanan dari serangga, cukup membuat saya kaget. Di Bangkok kami explore kebeberapa tempat seperti Dusit Zoo, Grand Palace, dan Wat Pho dengan transportasi online, Uber. Kebetulan, saat di Wat Pho kami tidak sengaja melihat biksu muda diarak, sepertinya itu adalah upacara pengangkatan biksu. Saat kami explore tempat-tempat wisata tersebut, kami secara langsung berkomunikasi dengan orang-orang Thailand. Ternyata berkomunikasi dengan orang Thailand diluar lingkup bandara membutuhkan effort, karena tidak semua memahami bahasa inggris, tulisan-tulisan translate bahasa Thailand yang sudah dipersiapkan sebelumnya lumayan membantu perjalanan kami disana. Kebetulan smartphone tersambung dengan internet karena saya beli nomor untuk internet di Seven Eleven sehingga kami bisa membuka aplikasi google translate dan menterjemahkan kata-kata yang terlalu panjang.

17 Mei 2016 kami kembali ke tanah air dengan pesawat melalui bandara Don Mueang International Aiport pukul 19:05 dan tiba di Soekarno Hatta International Airport pukul 22:35, 18 Mei 2016 dari Jakarta ke Jogja pesawat kami berangkat pukul 05:50 pagi dan tiba pukul 06:55 di terminal B, bandara Adi Sutijpto.

 












Sekian kisah perjalan di Negeri gajah putih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penyerahan Wakaf Buku Anak ke RA Tahfidz Al qur'an Jamillurrohman

Pengalaman Pertama Merasakan Salju di Jepang