Pengalaman Pertama Merasakan Salju di Jepang
Melakukan penelitian dari hibah Pekan Kreativitas Mahasiswa adalah hal yang setiap tahun ku jalani sejak tahun 2014 hingga 2017. Kebetulan saat itu tahun 2016, dari hasil penelitian ku bersama teman-temanku, aku dan temanku Nourmalita Safitri Ningsih mendapat kesempatan untuk mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian kami di Jepang, tepatnya di Hokkaido University.
Pertama kali mendapat notifikasi bahwa kami diterima untuk presentasi dan publikasi penelitian di Jepang adalah hal yang sangat menggembirakan bagi kami. Persiapan demi persiapan kami lakukan terutama dalam mencari dana sponsor. Sponsor utama kami dari kampus tercinta kami, UGM.
Tibalah saat dimana kami mempersiapkan VISA keberangkatan. Bagi orang Indonesia dengan paspor biasa (bukan elektronik) yang akan pergi ke Jepang diwajibkan mempunyai VISA, kami segera mengurus berkas-berkas yang dibutuhkan dalam mengurus VISA, sebagai informasi, jika mengurus VISA dengan melampirkan surat keterangan undergraduate student (mahasiswa S1) maka biaya pengurusan VISA adalah gratis, perlu digaris bawahi, surat keterangan undergraduate student tertulis dalam bahasa inggris dan dikeluarkan secara resmi oleh pihak kampus. Salah satu syarat VISA adalah telah mempunyai tiket.
Kami mengurus VISA di kedutaan besar Jepang di Jakarta Pusat. Proses pengurusan VISA memakan waktu 4 hari kerja, kemudian pengambilan VISA dapat diwakilkan asalkan membawa nota pengambilan VISA. VISA kami diambil kan oleh rekan kami di Jakarta dan dikirim kepada kami di Jogja sehingga kami tidak perlu bolak-balik ke Jakarta.
Kebetulan kedatangan kami ke Jepang pada bulan Maret adalah saat di mana Sapporo, Hokkaido sedang musim dingin dan bersalju. Oleh karena itu kami melakukan berbagai persiapan seperti membawa jaket tebal, kaus kaki, sepatu tertutup dengan sol sepatu yang sekiranya tebal dan tidak mudah selip saat melewati es, makanan, sweeter, sarung tangan, masker, baju-baju lengan panjang, dan obat-obatan supaya tidak masuk angin.
Perjalanan kami mulai dari Jogja ke Jakarta pada hari Rabu, 2 Maret 2016 pukul 20.00 dan tiba di bandara Soekarno Hatta pukul 21.15, kami memilih menunggu pesawat kami di Bandara alih-alih pergi ke Jakarta. Pesawat kami dari Jakarta menuju Kuala Lumpur berangkat pada hari Kamis, 3 Maret 2016 pada pukul 06.25 dan sampai di Kuala Lumpur International Airport pada pukul 09.25 (waktu Kuala Lumpur). Kami transit selama 14 jam 5 menit di Kuala Lumpur International Airport. Waktu yang cukup lama untuk menunggu pesawat bukan. Kami memanfaatkan waktu transit kami dengan makan nasi lemak di McD Bandara lalu pergi ke Kota Kuala Lumpur dengan Bus, biaya yang kami habiskan sebesar 11 RM untuk sekali berangkat dengan bus, dengan estimasi lama perjalanan 1,5 jam. Setibanya kami di Kuala Lumpur City Center kami bergegas berjalan-jalan di sekitar sana, kami berkeliling kota dengan bus ungu yang gratis untuk turis , berkunjung ke dataran Merdeka Kuala Lumpur, Majid Jamek Sultan Abdul Samad, dan Central Market. Pada pukul 18.00 kami kembali ke Kuala Lumpur International Airport dengan bus dari Kuala Lumpur City Center, dengan biaya yang masih sama yaitu sebesar 11 RM,dan estimasi lama perjalanan 1,5 jam. Selama masih ada waktu yang tersisa kami mengisi perut lagi di McD Bandara. Selepas itu kami bersiap siap untuk menuju gate penerbangan dan secara tidak sengaja bertemu rekan-rekan kami dari Indonesia yang sama-sama ke Jepang dengan pesawat yang sama dan menghadiri event yang sama. Perjalanan kami dari Kuala Lumpur International Aiport pukul 23.00 waktu yang cukup larut bagiku. Setelah melewati pengecekan paspor dan lain-lain begitu sampai di kursi pesawat rasanya sudah mengantuk sekali. Tidak lama setelah pesawat lepas landas dan meninggalkan dataran, aku langsung tertidur dengan pulas. Saat aku mulai bangun, aku melihat pulau jepang sudah terlihat dari kejauhan. Ya, kami akan segera mendarat. Selepas pesawat mendarat, kami bergegas menuju imigrasi untuk menulis kelengkapan administrasi. Saat di imigrasi salah satu teman kami membawa ayam bakar, dan pihak bandara melarang segala produk ayam, sehingga dengan terpaksa ayam bakar teman kami dimusnahkan dengan cara dibakar untuk mencegah terjadinya penularan virus AI.
Setelah melewati itu semua, kami bergegas menuju toilet dan segera melanjutkan perjalanan kami dari bandara ke stasiun Sapporo. Di stasiun Sapporo kami dijemput oleh PPI yang ada di sana. Kami stay di Sapporo untuk 6 hari dengan hari terakhir kami berangkat pulang ke Jakarta dari bandara Sapporo. Kami mendapat keberuntungan karena kami tidak perlu menginap di hotel selama 6 hari itu, kami dapat menginap ke apartemen milik salah satu mahasiswa Jepang yang sedang pulang ke tanah air. Perjalanan dari stasiun Sapporo ke apartemen membuat ku dan teman-temanku tersenyum-senyum karena itu adalah saat pertama kami menyaksikan Jepang dengan salju yang turun dengan cantik nya, dingin dan menyenangkan untuk kami rasakan saat itu, ditengah perjalan aku ingin buang hajat air kecil. Ajaibnya di setiap supermarket di Jepang selalu tersedia toilet, meskipun aku tidak membeli apapun dan hanya ke toilet, tapi hal itu tidak mengapa. Setiba kami di apartemen, ternyata di apartemen itu ada lift nya meski pun kecil dan lift hanya muat untuk sekitar 4-5 orang. Kamar apartemen yang kami dapat lumayan luas untukku dan temanku. Kami langsung beristirahat hingga sore. Sore nya pintu kamar kami diketuk, kami diajak oleh teman-teman Indonesia yang berkuliah di Hokkaido University untuk makan ramen halal di Susukino . Kisaran harga ramen halal yang ada di Ramen Susukino seharga 800-1000 Yen.
Keesokan harinya kami menghadiri konferensi di Hokkaido University, yang dibuka dengan berbagai sambutan, salah satunya dari Atase Pendidikan Kedutaan Besar Indonesia. Acara dilanjutkan dengan presentasi di masing-masing ruangan. Presentasi dilakukan satu persatu sesuai urutan dan presentasi disampaikan dalam bahasa inggris. Setelah selesai sesi presentasi kami diizinkan untuk pulang. Saat kami pulang hari telah gelap dan matahari telah tenggelam. Kata salah satu temanku, hari-hari di Jepang lebih cepat gelap saat musim salju.
Hari kedua konferensi diisi dengan acara berkunjung ke Sapporo Citizens Disaster Prevention Center. Sapporo Citizens Disaster Prevention Center merupakan tempat yang tepat untuk belajar tanggap bencana. Di sana kita bisa belajar berbagai simulasi bencana seperti kebakaran, gempa bumi, tsunami dan lain-lain. Hal yang paling berkesan bagiku adalah ketika mencoba simulasi gempa dengan rumah buatan yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya dengan gempa bumi settingan, ketika gempa terjadi akan ada notifikasi di HP, TV dan ada bunyi sirene, jika sedang menyalakan kompor hal pertama yang harus dilakukan adalah mematikan kompor lalu listrik dan melindungi kepala dengan bantal dan tangan. Di Sapporo Citizens Disaster Prevention Center kita juga dapat menonton sejarah tsunami di Jepang di ruangan teater, kualitas gambar dan audionya sangat bagus dan membuatku terkesan juga. Sepulang dari Sapporo Citizens Disaster Prevention Center kami mampir Daiso. Daiso adalah toko 100 Yen, dimana barang-barang yang dijual mempunyai harga kisaran 100 Yen. Murah-murah dan lucu-lucu barang-barangnya. Sangat cocok untuk membeli oleh-oleh di sini terutama untuk kantong mahasiswa semacam kami.
Hari keempat dan kelima aku dan teman-temanku habiskan untuk berjalan-jalan di Hokkaido government office, Hokkaido Shrine, Sapporo clock tower, menara TV Sapporo, taman odori, tanukikoji shopping street, dan makan ramen kembali di ramen Susukino. Jujur saja, rasa ramennya enak sekali.
Hari keenam pagi-pagi buta aku dan temanku menuju bandara dengan kereta. Itulah hari terakhir kami di Jepang. Semoga suatu saat kami dapat kembali lagi ke Jepang. Perjalanan kami lanjutkan dengan maraton pesawat dari bandara Shin Chitose Airport – Kuala Lumpur International Aiport – Soekarno Hatta Airport dan berakhir di Adisucipto Airport.
いつかまた日本に帰れるといいな
日本あなたがいなくて寂しいです
ヌンキ•ファティマトゥザハラ
Komentar
Posting Komentar